Kumpulan Soal UN Matematika

ASSALAMU'ALAIKUM, SEMANGAT MENCARI ILMU TEMAN-TEMAN.. LET DO THE BEST, AND GOD TO THE REST!!~

Senin, 03 Desember 2018

Siap Menghadapi UN 2020!!

Desember 03, 2018 0

       Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional yang merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kualitas manusia yang berguna dan bermutu untuk kemajuan bangsa dan Negara. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, peran serta dan dukungan semua pihak yang terkait sangat dibutuhkan baik dari pihak sekolah, masyarakat, maupun pemerintah.
    


      Dalam sejarah perkembangan ujian nasional di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan baik dari istilah sampai pelaksanaannya yang di mulai dari tahun 1965 sampai sekarang. Berdasarkan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2013 tentang kriteria kelulusan dari satuan pendidikan dan penyelenggaraan ujian sekolah / Madrasah / Pendidikan kesetaraan dan ujian nasional Bab 1 pasal 1 Ayat 5 menjelaskan bahwa: Ujian nasional merupakan kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan hal tersebut pada dasarnya esensi dari ujian nasional adalah untuk melihat kondisi mutu pendidikan di Indonesia dan diharapkan terjadi pemerataan kualitas yang sama di seluruh daerah di Indonesia dengan memberikan standar nilai kelulusan yang sama di seluruh Indonesia.    Berdasarkan esensi pelaksanaan ujian nasional tersebut, ujian nasional bukanlah sesuatu yang salah bahkan dengan adanya ujian nasional menjadi acuan yang tepat bagi pemerintah untuk mengetahui kondisi pendidikan di Indonesia. Senada dengan hal di atas, dalam Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 57 ayat 1 menjelaskan bahwa: Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Selain dari kedua peraturan perundangundangan di atas, ujian nasional juga diatur dalam Permendikbud Nomor 144 Tahun 2014 tentang kriteria kelulusan dari satuan pendidikan dan penyelenggaraan ujian sekolah/Madrasah/Pendidikan kesetaraan dan ujian nasional yang mengatur mekanisme penyelenggaraan ujian nasional yang tertuang pada pasal 20 ayat 1: Pelaksanaan UN SMA/MA/dan SMK dapat dilakukan melalui ujian berbasis kertas (paper based test) dan ujian berbasis komputer (computer based test). Berdasarkan Permendikbud di atas, maka pada sistem pelaksanaan ujian nasional sekarang ini kembali mengalami perubahan yaitu pelaksanaan ujian nasional yang dulunya hanya dilakukan dengan berbasis kertas namun untuk saat ini juga dapat dilakukan dengan berbasis komputer.(sumber :http://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/view/2047/1011)
          Ketika kita mendengar kata “UN” kita seolah-olah berpikir membayangkan pengalaman kita melewati masa-masa di akhir sekolah baik itu pada saat jenjang pendidikan SD, SMP maupun SMA, setumpuk buku, dan les tambahan yang dilakukan untuk persiapan  menghadapi UN . Ujian Nasional  menjadi momok menakutkan bagi siswa siswa di masa akhir sekolah, seakan akan ujian nasional menjadi penentu masa depan siswa. Setiap tahun kata “Tidak Lulus” yang tertera di amplop saat pengumuman kelulusan dapat membuat siswa depresi.      Fenomena yang terjadi menunjukkan ujian nasional menimbulkan berbagai tuntutan. Peserta didik merasa dituntut untuk meraih pencapaian . UN sebagai penentu kelulusan siswa, memunculkan perasaan tertekan, kekhawatiran, ketakutan, dan kecemasan. Ujian diibaratkan sebagai sesuatu yang sulit, menentang dan mengancam. Akibatnya, seringkali siswa memandang dirinya sendiri sebagai seseorang yang tidak sanggup atau tidak mampu mengerjakan ujian      Ujian Nasional biasa disingkat UN adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah. Ujian nasional (UN) menjadi elemen penting dalam menentukan kelulusan dan juga menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan. Dari perolehan nilai pada ujian nasional kita dapat melihat gambaran kemampuan siswa di bidang akademik. Bukan hanya itu, ujian nasional juga menjadi momen sakral yang sangat menegangkan bagi sebagian siswa. Menurut sebagian siswa, ujian nasional menjadi momen sakral dikarenakan masa pembelajaran mereka ditingkat menengah atas selama 3 tahun ditentukan keberhasilannya hanya dalam waktu 3 hari, adapula standar kelulusan yang kian meningkat setiap tahunnya juga menjadi salah satu faktor.
Ujian nasional tidak semestinya menjadi patokan utama dalam menentukan keberhasilan siswa.  Pengaruh ujian nasional sebagai penentu kelulusan siswa sebenarnya tidak sesuai. Ada beberapa faktor yang membuat saya berpendapat demikian.

      

  • Faktor pertama, ujian nasional mengujikan beberapa mata pelajaran sebagai penentu. Padahal dalam kenyataannya, siswa tidak hanya diajarkan materi tersebut. Misalnya pendidikan kewarganegaraan (PKN) dan Agama, kedua pelajaran tersebut diajarkan oleh para guru disekolah tetapi tidak masuk kedalam daftar pengujian di ujian nasional sebagai penentu kelulusan sedangkan selama ini tujuan kita belajar untuk meraih kelulusan. Jadi untuk apa kita mempelajari materi lain sedangkan faktanya yang menjadi penentu kelulusan kita hanya beberapa materi? Mengapa kita tidak difokuskan hanya kepada materi yang diujikan di ujian nasional?
  • Faktor kedua, pengaruh ujian nasional sebagai penentuan kelulusan masih terlalu besar, dengan diambilnya perhitungan 60% hasil ujian nasional dan 40% hasil ujian sekolah. Padahal belajar tidak dapat dilihat hanya dari materi yang diujikan di ujian nasional. Bagaimana jika pada saat melaksanakan ujian nasional siswa sedang mengalami masalah pribadi seperti masalah dengan keluarga atau bahkan sedang sakit, tentu saja siswa tidak akan dapat mengerjakan soal-soal ujian nasional dengan baik. Hal itu dapat menimbulkan nilai yang minim bahkan ketidaklulusan. Bagaimana bisa, usaha siswa selama 3 tahun hanya ditentukan oleh ujian nasional yang berjalan selama 3 hari. Jika dalam ujian nasional siswa dinyatakan tidak lulus, itu berarti sia-sia saja siswa belajar selama 3 tahun.
  • Faktor ketiga, pihak penyelenggara atau pengawas tidak mengetahui keseharian siswa disekolah. Sebenarnya, guru adalah orang yang paling mengerti bagaimana sikap, prestasi dan tingkah laku siswa disekolah maupun dikelas. Banyak siswa yang berprestasi yang akhirnya tidak lulus hanya karena gagal dalam melaksanakan ujian nasional, dan belum tentu kegagalannya dikarenakan ketidakmampuannya dalam mengerjakan soal, bisa saja kegagalannya akibat kesiapan mentaln yang kurang dalam menghadapi ujian nasional. Hal ini berkaitan dengan sedikitnya kepercayaan pada guru untuk mengawasi siswanya dalam menghadapi ujian nasional. Banyak orang mengatakan bahwa setiap ujian hanya tergantung pada isi tempurung kepala, saya sangat tidak setuju dengan pendapat ini. Tidak semua siswa akan bersikap sama ketika dihadapi dengan situasi yang sulit, ada beberapa siswa sensitif yang akan merasa takut berlebih ketika dia mendapat teguran dari pengawas ujian nasional, ketakutan berlebih itu pula yang dapat mempengaruhi hasil ujian nasional. Kebanyakan pengawas ujian nasional tidak tahu dan mungkin tidak ingin tahu apakah siswa yang diawas oleh mereka jujur atau tidak. Pengawas akan bersikap subjektif pada para siswa. Misalnya ada seorang siswa berprestasi yang sangat gugup dalam menghadapi ujian nasional sehingga dapat menimbulkan gerak-gerik yang mencurigakan, hal ini akan memancing pengawas untuk menegur siswa tersebut, teguran itu hanya akan menambah beban bagi siswa tersebut. Sedangkan ada pula siswa yang terlihat santai padahal dia melakukan kecurangan dan tidak ditegur oleh pengawas. Hal tersebut hanya dapat menurunkan mental siswa.
   Seharusnya keputusan kelulusan siswa bukan ditentukan oleh hasil ujian nasional melainkan pihak sekolah yang lebih tahu bagaimana sikap dan prestasi setiap siswanya. Seharusnya beri kesempatan kepada pihak sekolah untuk menentukan siapa yang pantas lulus. Dari tiga faktor diatas juga dapat disimpulkan bahwa ujian nasional tidak dapat dijadikan tolak ukur utama untuk menentukan kelulusan siswa.      Tidak lepas dari kontroversi. Ada pihak yang mendukung terhadap pelaksanaan UN, tapi juga tidak sedikit pihak yang menyayangkan atas diberlakukannya UN dan meghendaki UN sebaiknya ditiadakan. Tetapi walau demikian adanya pemerintah tetap pada keputusan untuk melaksanakan UN sebagai salah satu standar kelulusan.
      Walapun demikian adanya, kita sebagai pendidik, orang tua ataupun siswa tidak perlu cemas terhadap hal tersebut, toh UN tetap akan dilaksanakan dan kita akan menghadapinya. Yang harus kita lakukan sekarang adalah mempersiapkan matang-matang untuk menghadapinya. Dengan harapan hasil yang akan kita capai sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan baik itu orang tua, sekolah, ataupun siswa itu sendiri


Bagi Siswa, usaha yang bisa dilakukan agar berhasil dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) adalah:
  1. Selalu berdo’a dan memohon dido’akan. Karena ini adalah kewajiban kita untuk selalu memohon kepada Tuhan untuk segala keberhasilan dan kebaikan kita.
  2. Biasakan shalat 5 waktu berjama’ah, shalat tahajud, shalat dhuha, serta amalan-amalan lainnya bagi muslim. Bagi yang non muslim sesuai dengan keyakinan dan ajarannya masing-masing.
  3. Mohon doa restu dari orang tua.
  4. Hadapilah ujian dengan tenang.
  5. Memperbanyak latihan soal
  6. Mengurangi waktu bermain dan memperbanyak waktu belajar.

Bagi Orang Tua, yang bisa dilakukan oleh orang tua:
  1. Selalu berdo’a. Karena ini adalah kewajiban kita untuk selalu memohon kepada Tuhan untuk segala keberhasilan dan kebaikan kita.
  2. Membiasakan shalat 5 waktu, shalat tahajud, shalat duha, puasa sunnah, serta amalan-amalan lainnya bagi muslim. Bagi yang non muslim sesuai dengan keyakinan dan ajarannya masing-masing.
  3. Membuat kondisi belajar di rumah yang menyenangkan.
  4. Kurangi beban/tugas anak, beri kesempatan belajar yang lebih banyak.
  5. Kurangi waktu bermain anak yang kurang bermanfaat, seperti: main Play station, ber-Facebook-ria, keluar rumah dengan motor.
  6. Berikan motivasi dan semangat belajar kepada anak.
  7. Jangan selalu dimarahi. Perlakukan anak sebagai orang dewasa, ajak diskusi.
  8. Beri waktu istirahat yang cukup.
  9. Kendalikan dari kegiatan di luar sekolah.
Bagi Sekolahyang bisa dilakukan oleh sekolah:
  1. Melaksanakan ujian try out.
  2. Melaksanakan Les.
  3. Pemadatan jam pembelajaran materi UN..
       Untuk menghadapi UN tahun pelajaran 2019/2020 perlu dilakukan persiapan matang. Bagi siswa dan guru perlu bersinergi untuk mengoptimalkan kemampuan belajar sehingga  hasil apapun yang di hadapi nanti bisa dikerjakan dengan maksimal. Soal ujian nasional jika di cermati dari tahun ke tahun kisi kisi isinya hampir sama. Sehingga sangatlah tepat bahan belajar untuk latihan soal yang bisa digunakan menghadapi UN adalah soal UN sebelumnya. Tentunya tetap memperhatikan kisi kisi untuk dilakukan penyesuaian perubahan yang terjadi.
Berikut ini kami sajikan link download kumpulan soal UN SMP yang bisa dijadikan sumber belajar menghadapi ujian nasional tahun pelajaran 2019/2020.


NASKAH SOAL MATEMATIKA SMP UN TAHUN 2017/2018 PAKET 1
NASKAH SOAL MATEMATIKA SMP UN TAHUN 2017/2018 PAKET 2
NASKAH SOAL MATEMATIKA SMP UN TAHUN 2017/2018 PAKET 3
NASKAH SOAL MATEMATIKA SMP UN TAHUN 2017/2018 PAKET 4